Sebelum masuk ke Sinopsis dan Resensi Buku Boy Candra Satu Hari di 2018 ini, sebaiknya kita kenalan dulu dengan novel yang aka kita bahas ini.
Data Buku:
Penulis: Boy Candra
Penyuting: Dian Nitami
Proof Reader: Agus Wahadyo
Desainer Cover dan Penata Letak: Budi Setiawan
Ilustrasi Cover dan Isi: www. Shutterstock dot com
Penerbit I: Media Kita Tahun Terbit I: 2015
Jumlah Halaman & Ukuran Buku : viii + 172 Halm.; 13x19cm
ISBN: 979-794-506-5
Penulisan Daftar Pustaka : Candra, Boy; Satu Hari di 2018/Boy Chandra; Penyunting, Dian Nitami;-cet.1-Jakarta: Mediakita, 2015.
Sinopsis Buku Satu Hari di 2018 Karya Boy Chandra:
Adalah Alisa, seorang wanita yang tiba-tiba kembali hadir dalam hidup Irvan, setelah dua tahun lamanya Irvan berusaha lari dari luka yang disebabkan olehnya. Dua tahun sudah Irvan merantau ke kota yang asing baginya, tujuannya sederhana, ingin menyembuhkan luka. Memperbaiki hatinya yang telah berkeping dan membuka lembaran baru sebagai seseorang yang baru. Melupakan cinta dan luka yang digoreskan oleh Alisa. Dua tahun berselang, Irvan yang kini terbiasa bernapas tanpa ada bayangan Alisa ditiap tarikannya, tiba-tiba mendapati Alisa kembali, awalnya masalah kerjaan, namun lama kelamaan Alisan mengungkapkan perasaanya. Seperti yang dikhawatirkan Irvan, Alisa meminta kesempatan untuk kembali, memmperbaiki kesalahan, dan mengulang kisah mereka yang sebelumnya telah dia hancurkan. Irvan sempat terbawa perasaan ketika membicarakan tentang masa lalu, namun luka yang telah susah payah Irvan sembuhkan dan hati yang telah dia tempa untuk hidup tanpa Alisa kini mampu menolak ajakan Alisa. Hingga ahirnya Alisa kembali tanpa bias menggenggam kembali hatinya Irvan.
-----------------------------
“Sebab ahirnya aku yang membuatmu patah hati”Kalimat ini tercetak jelas dibagian sampul Novel Satu Hari di 2018 karya Boy Candra. Kalimat ini seolah olah bercerita bahwa si “Aku” dari tokoh utama cerita tersebut telah membuat seorang wanita patah hati. Tapi setelah aku membaca ceritanya, ternyata justru dialah si “aku” yang patah hati.
-------------------------------
Jujur saja, aku agak sebal dengan karakter si ‘Aku’ ini, menurutku dia adalah lelaki yang sangat menyebalkan, tidak realistis, lemah, bodoh, suka mengeluh, dan pasti membosankan. Dari membaca bagaimana pola pikirnya saja aku sudah bisa tebak, si ‘aku’ pasti seseorang yang sangat membosankan dan membebani. Sebagai laki-laki seharusnya dia bisa lebih tegas, lebih kuat, lebih realistis, bisa membedakan mana yang perlu dan tidak perlu dia lakukan.
Setelah membaca cerita Satu hari di 2018 karya Boy Chandra ini, aku bisa mengerti kenapa si wanita pergi meninggalkan si ‘aku’ tersebut. Si ‘aku’ selalu mengeluh bahwa si wanitalah yang tidak mengerti betapa besar cintanya, betapa besar pengorbanan yang dia lakukan demi cintanya kepada wanita tersebut padahal justru dialah yang tidak mengerti wanitanya, dialah yang hanya menuntut untuk dimengerti oleh wanitanya sementara dia tidak berusaha mengerti wanitanya. Aku ngerasa kasian dengan wanitanya, pasti dia sering merasa terbebani, merasa kesal, merasa bosan dengan sikap dan sifat si ‘aku’ itu.
Dia tak lebih dari seorang pembual. Awalnya dia mengatakan bahwa tak ada sedetikpun harinya tanpa Alisa dalam pikirannya, namun nyatanya, setelah Alisa datang meminta kembali hatinya, ternyata dia telah memiliki perempuan lain disisinya. Kenapa aku mengatakan si ‘aku’ sebagai pembual? karena sebenarnya dia masih memiliki perasaan yang dalam untuk Alisa, namun karena egonya, karena sakit hatinya, karena dendamnya, dia memilih untuk menolak Alisa dan menerima uluran tangan wanita lain yang tidak dicintainya. Dia menjalin hubungan dengan wanita yang sangat mencintainya, sementara dipikiran dan hidupnya masih selalu diliputi oleh bayangan Alisa.
Dalam buku Satu Hari di 2018 ini memang dikatakan bahwa Irvan telah menyembuhkan luka dan sudah bisa melupakan Alisa. Namun beberapaa hal justru menegaskan bahwa dia tidak pernah bisa lepas dari bayang Alisa. Pertama, Kafe baca yang didirikannya. Kafe baca itu dia bangun karena dia tau bahwa Alisa sangat menyukai buku. Irvan memang berusaha mengingkari perasaannya pada Alisa, tapi nyatanya justru dia mendapat kekuatan untuk hidup dan beraktifas diatas kenangannya tentang Alisa. Membuat kafe buku karna mengetahui Alisa menyukai buku adalah cara agar Irvan bisa menghidupkan kenangannya tentang Alisa disetiap harinya, yang katanya dia berusaha melupakan Alisa, tapi justru sebaliknyalah yang dia lakukan. Dia takut kenangan indahnya bersama Alisa hilang dimakan waktu, karena itulah dia membuat kafe baca. Kedua, jika memang benar dia telah melupakan cintanya pada Allisa dan telah menyembuhkan lukanya, seharusnya dia bisa menatap mata Alisa, berbicara berhadapan,tertawa dan bercanda selayaknya teman lama, tapi pada kenyataanya Irvan justru terbawa perasaan, lebih emosional, canggung, dan merasa tidak nyaman dihadapan dengan Alisa. Hal itu disebabkan karna dia masih memiliki perasaan pada Alisa, namun karena ego, luka, dan dendam, takut tersakiti kembali, faktor-faktor tersebut membuat dirinya mencari perlindungan, dan perlindungan itu dia dapatkan pada pelukan wanita lain.
Bukankah hal diatas menunjukkan bahwa Irvan adalah pria yang lemah? Dia tidak berani mengakui perasannya, jangankan pada Alisa, atau pada wanita yang mencintainya, bahkan pada dirinya sendiripun dia berusaha mengingkarinya karna takut, takut akan memberinya luka lagi.
Selain pembual dan penakut, si ‘aku’ ini juga merupakan pribadi yang lemah. Dia tidak bisa menyembuhkan lukanya sediri, dia butuh perawat, dia butuh orang lain untuk merekatkan kembali hatinya yang telah berkeping. Aku merasa kasihan pada wanita yang menjadi pelariannya tersebut, meskipun Irvan berkata “mulai malam ini, kupastikan kau saja selamanya” tapi aku bisa merasakan bahwa kalimat tersebut lebih Irvan tujukan untuk dirinya sendiri, untuk meyakinkan dirinya bahwa dia sudah tidak menginginkan Alisa lagi, bahwa dia bisa hidup tanpa Alisa. Walaupun kenyataannya, dia berdiri ditengah-tengah kenangannya dengan Alisa.
Salah satu kalimat lagi yang menggelitikku,
“namun darinya aku belajar, bahwa mencintai orang yang mencintai kita jauh lebih menyenangkan”kalimat ini benar-benar menegaskan betapa lemahnya Irvan sebagai laki-laki, 'darinya aku belajar' kalimat ini mengatakan bahwa orang lainlah yang telah membuatnya berubah. disini dia sedang menyalahkan orang lain atas apa yang dirasakannya. padahal pada kenyataannya, semua itu adalah keputusannya sendiri. semua keputusan ada ditangannya, tidak ada yang memaksanya untuk berubah. Karna lemahnya hati yang dimiliki Irvan, dia jadi takut terluka, takut kecewa, takut gagal lagi, maka dia memilih jalan yang lebih mudah, alih-alih memperjuangkan perasaan yang dirasakannya, dia justru lebih memilih mencintai orang yang mencintainya, meskipun dia harus belajar untuk mencintai wanita yang datang kepadanya tersebut, meskipun awalnya dia harus menggenggam tangan wanita tersebut sementara pikirannya pada Alisa.
Bukankah dia terkesan seperti cowok yang menyerah pada keadaan? Tidak memiliki naluri pejuang, dan tidak memiliki prinsip. Kalau aku yang jadi Alisa, aku justru bersyukur sudah putus denganya, karena lelaki seperti itu, kedepannya nanti jika menghadapi suatu masalah maka akan selalu menyerah, menyalahkan keadaan, selalu memilih jalan pintas. Maka pantaslah dia disepak.
Wah… gak kerasa nih, tulisannya malah jadi kebanyakan curhatnya ketimbang resensinya nih, mimin minta maap yaaah…kali ini ternyata bukan tulisan Resensi yang mimin sajikan, tapi hanya ulasan dan opini pribadi mimin saja mengenai buku Boy Chandara berjudul Satu Hari di 2018. Maafkan keegoisan mimin manteman, karna keasikan kesal ma di Irvannya ahirnya mimin keterusan untuk mengkritiknya…maap..maap….
Oke deh, mimin ahiri disini aja yah Sinopsis dan Resensi Buku Boy Candra – Satu hari di 2018, (#Eh…gak jadi bikin resensi ya, cuman cuap-cuap tak jelaslah ngomongin si Irvan yang menyebalkan itu). Jadi, ahir kata, terima kasih, salam literasi, salam semangat membaca, wassalamu ‘alaikum war..wab…