Sinopsis Kisah Islami “Maryam Binti Imran Penghuni Surga” - Maryam merupakan
anak dari pasangan suami istri Imran dan Hanna, kedua orang tua Maryam
merupakan orang tua yang terkenal akan kebaikan serta keshalehannya, dari
sanalah gen Maryam berasal. Selain mewarisi gen unggul dari kedua orang
tuannya, Maryam juga dibesarkan di lingkungan yang sangat kondusif, Maryam dibesarkan
dan dididik langsung oleh nabi Zakariya untuk dibentuk menjadi seorang wanita
yang luar biasa solehah. Maryam tumbuh menjadi gadis yang solehah, sehingga
Allah pun sangatmengghargainya dan mengabadikan namanya dalam kitab suci
Alquran pada surah ke 19, surah Maryam, sedangkan Ayahnya yang juga merupakan
hamba Allah yang soleh, namanya juga diabadikan dalam Alquran surah ke 3, surah
Al-Imran. “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata : ‘hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa denganmu).” (QS. : Al-Imran:42).
Pada Usia 13 Tahun Maryam Mengandung Nabi Isa AS (buku 4 wanita terbaik dunia dan akhirat karangan Ali Awudh Uwaidhoh), kehamilan Maryam tersebut tanpa melalui proses penyatuan antara sperma dan ovum, melainkan atas kuasa Allah SWT, Maryam dianugerahi kehamilan dengan ditiupkan langsung ruh ke dalam rahimnya.
“Dan (ingatlah)
Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya,maka kami tiupkan kedalam
rahimnya sebagaian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya
dan Kitab-kitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat” (QS.
At-Tahrim:12).
Diusia yang
terbilang masih muda, Maryam telah diuji dengan mengandung seorang anak tanpa
suami, bagaimana luar biasa sabar dan tawakalnya Maryam yang bisa menyikapi
ujian tersebut dengan sangat dewasa dan tidak menggoyahkan imannya kepada Allah
SWT walau secuil. Dengan sabar Maryam menerima kandungannya dan berusaha
melakukan yang terbaik.
Tentu saja
kehamilan Maryam tersebut banyak mendapatkan ujian. Dia dicemoh, dihina, dan
dituduh telah melakukan hal yang keji. Tapi kesabaran serta ketakwaannya kepada
Allah selalu menguatkannya, karna Maryam yakin bahwa Allah tidak akan
meninggalkan hamba-hambanya yang taat, bahwa sebaik-baik pertolongan adalah
dari Allah SWT.
Sebelum kehamilannya,
Maryam telah didatangi oleh malaikat Jibril dengan wujud manusia yang sempurna
ketika dia berada dalam pengasingannya di Baitulmaqdis. Lalu Jibril berkata
padanya “sesungguhnya aku adalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugrah
kepadamu seorang anak laki-laki yang suci” dengan keheranan Maryam bertanya
kepada Jibril “bagaimana mungkin aku memiliki anak laki-laki, padahal tidak
pernah ada laki-laki yang pernah menyentuhku dan aku bukan seorang pezina”. “Demikianlah
Tuhanmu berfirman, ‘hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu
tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu
adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan”. Maka tak lama kemudian mengandunglah
Maryam dan mengasingkan diri ke tempat yang jauh. (QS. Maryam: 16-21).
Pada suatu hari ditengah masa kehamilannya karna ingin melahirkan, Maryam merasakan sakit yang luar biasa sehingga memaksanya untuk bersandar pada sebatang pohon Kurma. Dalam kesendiriannya menahan sakit tersebut Dia meringis dan berkata “betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan”. Tiba-tiba Jibril berseru kepadanya “janganlah kamu merasa sedih wahai Maryam, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Lalu goyangkanlah pohon Kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menjatuhkan buah yang masak untukmu” maka dari situlah Maryam makan dan minum dengan senang hati. (QS. Maryam: 23-26).
Setelah
melahirkan, Maryam menggendong anaknya Isa AS menuju kembali pada kaumnya. Namun
sesampai disana, mereka malah menghinannya dengan mengatakan bahwa Maryam telah
membawa sesuatu yang sangat mungkar. Mendengar hinaan itu, Maryam lalu menunjuk
pada bayi yang digendongnya, dan lagi-lagi mereka (kaumnya) berkata “Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” dan tak
disangka, Nabi Isa a.s. yang ada dalam gendongan Maryam tersebut langsung
berbicara dan berkata “sesungguhnya aku hamba Allah, Dia menjadikan aku seorang
Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang Yng diberkahi di mana saja aku berada, dan
Dia memerintahkan aku (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada
Ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan
apada hari aku dibangkitkan kembali” (QS. Maryam: 27-33).
Selama 12 tahun
Maryam menetap di Mesir dan berjuang sendirian membesarkan anaknya, tanpa
seorang suami disisinya. Kesabaran Maryam dalam membesarkan buah hatinya
tersebut sungguh tak ternilai harganya, demi membesarkan anaknya tanpa ada
suami yang menafkani, Maryam menjadi buruh tani Gandum untuk mencukupi
kebutuhan hidup. Perjalanan hidupnya merupakan pelajaran besar bagi seluruh
wanita di dunia, bagaimana seorang Ibu berjuang dari Palestina menuju Mesir,
dibawah terik matahari, bekerja menjadi buruh, sambil membesarkan seorang anak
laki-laki, tanpa ada suami, dengan penuh kesabaran, tanpa sedikitpun menyesali
atau mengutuk takdir, melainkan malah terus meningkatkan keimanannya. “Hai
Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang
ruku.” (QS. Al-Imran:43). Meski dalam keadaan yang memprihatinkan tersebut,
Bunda Maryam tetap mampu membersarkan anak yang setelah besar menjadi anak yang
luar biasa, seorang Nabi, yang memiliki sifat Santun dan kasih sayangnya.
Begitulah
keshalehan dari Maryam binti Imran, dengan kesabaran dan ketaatannya kepada
Allah yang luar biasa menjadikannya mendapatkan penghormatan Surga disisi AllahSWT. Sekian Sinopsis Kisah Islami “Maryam Binti Imran Penghuni Surga”. Semoga
kita wanita-wanita sekarang bisa mengikuti jejak langkah keshalehan beliau.
Let’s be women like Maryam.